Pamor
Pamor dalam dunia
perkerisan memiliki 3
(tiga) macam pengertian. Yang pertama
menyangkut bahan pembuatannya;
misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu,
pamor nikel,
dan pamor sanak. Pengertian
yang kedua menyangkut soal bentuk
gambaran atau pola bentuknya. Misalnya:
pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri
Wader, Adeg, dan
sebagainya. Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya:
pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
Selain itu, ditinjau dari niat
sang empu, pola pamor yang terjadi
masih dibagi lagi menjadi dua golongan. Kalau sang
empu membuat
pamor keris tanpa merekayasa polanya, maka pola pamor
yang terjadi
disebut pamor tiban. Orang akan menganggap bentuk pola
pamor itu
terjadi karena anugerah Tuhan. Sebaliknya, jika sang
empu
lebih dulu
membuat rekayasa pla pamornya, disebut pamor rekan
[rékan berasal
dari kata réka = rekayasa]. Contoh pamor tiban,
misalnya: Beras
wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor
rekan, misalnya:
Udan Mas, Ron Genduru, Blarak Sinered, dan Untu
Walang.
Ada
lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni
pamor yang disusulkan pembuatannya, setelah bilah
keris selesai 90
persen. Pola pamor itu disusulkan pada akhir proses
pembuatan keris.
Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu Lapak, dll.
Tangguh
Tangguh arti harfiahnya adalah perkiraan atau
taksiran. Dalam dunia
perkerisan maksudnya adalah perkiraan zaman pembuatan
bilah keris,
perkiraan tempat pembuatan, atau gaya pembuatannya. Karena hanya
merupakan perkiraan, me-nangguh keris bisa saja salah
atau keliru.
Kalau sebilah keris disebut tangguh Blambangan,
padahal
sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi
kekeliruan tersebut, karena bentuk keris dari kedua
tangguh itu memang mirip. Tetapi jika sebuah keris
buatan
baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia bukan
seorang ahli tangguh yang baik. Walaupun sebuah
perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan
tangguh keris. Untuk itu ia perlu belajar dari seorang
ahli
tangguh, dan mengamati secara cermat ribuan bilah
keris.
Ia juga harus memiliki photographic memory yang kuat.
Mas Ngabehi Wirasoekadga, abdidalem Keraton Kasunanan
Surakarta,
dalam bukunya Panangguhing Duwung
(Sadubudi, Solo, 1955) membagi tangguh keris menjadi
20
tangguh. Ia tidak menyebut tentang tangguh Yogyakarta,
melainkan tangguh Ngenta-enta, yang terletak di dekat
Yogya. Keduapuluh tangguh itu adalah:
1. Pajajaran 2. Tuban 3. Madura 4. Blambangan 5.
Majapahit
6. Sedayu 7. Jenu 8. Tiris-dayu 9. Setra-banyu 10.
Madiun
11. Demak 12. Kudus 13. Cirebon 14. Pajang 15. Pajang
16. Mataram 17. Ngenta-enta,Yogyakarta
18. Kartasura 19.
Surakarta
Keris Buda dan tangguh kabudan, walaupun di kenal
masyarakat
secara luas, tidak dimasukan dalam buku buku yang
memuat soal
tangguh. Mungkin, karena dapur keris yang di anggap
masuk dalam
tangguh Kabudan dan hanya sedikit, hanya dua macam
bentuk, yakni
jalak buda dan betok buda.
Sementara itu Bambang Harsrinuksmo dalam Ensiklopedi
Keris
(Gramedia, Jakarta 2002) membagi periodisasi keris
menjadi 22
tangguh, yaitu:
1. Tangguh Segaluh 2. Tangguh Pajajaran
3. Tangguh Kahuripan 4. Tangguh Jenggala
5. Tangguh Singasari 6. Tangguh Majapahit
7. Tangguh Madura 8. Tangguh Blambangan
9. Tangguh Sedayu 10. Tangguh Tuban
11. Tangguh Sendang 12. Tangguh Pengging
13. Tangguh Demak 14. Tangguh Panjang
15. Tangguh Madiun 16. Tangguh Koripan
17. Tangguh Mataram Senopaten 18. Mataram Sultan Agung
19. Mataram Amangkuratan 20. Tangguh Cirebon
21. Tangguh Surakarta 22. Tangguh Yogyakarta
Ada
lagi sebuah periode keris yang amat mudah di-tangguh, yakni
tangguh Buda. Keris Buda mudah dikenali karena
bilahnya selalu
pendek, lebar, tebal, dan berat. Yang sulit
membedakannya adalah
antara yang aseli dan yang palsu.
Tanjeg
adalah perkiraan manfaat atau tuah keris, tombak, atau
tosan aji
lainnya. Sebagian pecinta keris percaya bahwa keris
memiliki 'isi' yang
disebut angsar. Kegunaan atau manfaat angsar keris ini banyak
macamnya. Ada
yang menambah rasa percaya diri, ada yang membuat
lebih luwes dalam pergaulan, ada yang membuat
nasihatnya di dengar
orang. Untuk mengetahui segala manfaat angsar itu,
diperlukan ilmu
tanjeg. Dalam dunia
perkerisan, ilmu tanjeg termasuk esoteri keris.
Tayuh
Merupakan perkiraan tentang cocok atau tidaknya,
angsar sebilah
keris dengan (calon) pemiliknya. Sebelum memutuskan,
apakah keris
itu akan dibeli (dibayar mas kawinnya), si peminat
biasanya terlebih
dulu akan me- tayuh atas keris itu. Tujuannya untuk
mengetahui,
apakah keris itu cocok atau berjodoh dengan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar