Kamis, 23 Oktober 2014

LAIN - LAIN DALAM DUNIA PEKERISAN




ADEG IRAS, PAMOR, adalah nama pamor yang menyerupai garis lurus
mulai dari ujung bilah sampai pangkalnya yang bersinggungan dengan
bagian ganja. Pada bagian ganja, pamor ini seolah menyambung lagi
sampai kebagian yang bersinggungan dengan pesi. Pamor ini dinilai
baik tuahnya dan tergolong pamor langka.
AENGTONG TONG, nama desa di Serunggi, Sumenep yang sampai kini
masih membuat keris dan tombak. Desa ini dulu merupakan tempat
tinggal para EMPU yang memenuhi kebutuhan kerajaan Sumenep dan
kini masih ada beberapa orang yang bekerja sebagai pandai keris
seperti Jaknal, Jembar, Jekri, Hoji dan lain lain.
AEROLIT, adalah batu pamor yang sangat keras dan berasal meteor,
bila telah menjadi pamor akan berwarna kuning keabu-abuan. Gradasi
warnanya tidak terlalu kontras dibandingkan dengan kehitaman warna
besi dasar sehingga sulit dilihat mata, pamor dari bahan ini sering juga
disebut Jalada.
AKHODIYAT, PAMOR, adalah bagian dari kelompok pamor yang
memiliki kecemerlangan lebih gemerlap dari bagian pamor lainnya.
Pada satu permukaan bilah keris, ada bagian yang kecemerlangan
pamornya menonjol dibanding kecemerlangan pamor disekitarnya dan
sepintas lalu mirip dengan lelehan logam keperakan yang putih
mengkilap. Menurut EMPU Fausan Pusposukadgo, ini terjadi karena
suhu yang tepat pada saat penempaan dan bukan dibuat oleh logam
perak seperti dugaan orang, Pamor ini tidak dapat direncanakan dan
tergolong pamor Tiban, pamor ini banyak disukai orang, di Madura dan
Jawa Timur disebut Pamor Deling.
AKIM, nama seorang pembuat keris yang hidup diawal abad 20,
dijaman penjajahan Belanda dan tinggal di kampung 21 Ilir,
Palembang.
ALIAMAI, sebutan orang Serawak, Brunei, Sabah dan sebagian
penduduk Mindanau Selatan untuk menyebut keris. Diperkirakan dari
bahasa Sulu di Mindanau Selatan.
ALIP, nama pamor yang selalu menempati sor-soran, terutama pada
sebilah keris, namun kadang ditemui juga di tombak. Termasuk pamor
titipan dan pamor Rekan. Bentuknya hanya merupakan garis lurus,
tebal sepanjang sekitar 4 sampai 6 cm dan kadangkala ujung garis itu
membelok patah sedikit. Pamor Alip bukan merupakan pamor Sada
Saler terputus, tetapi sengaja dibuat begitu dan karena titipan
kadangkala terdapat disela pamor lainnya yang lebih dominan.
Bagi sebagian orang, pamor ini mempunyai tuah baik yakni
memperkuat iman, tahan godaan dan tidak tergolong pamor pemilih
hanya pemiliknya harus berpantang terhadap beberapa hal.
AMBER, MINYAK, campuran minyak keris dengan bau yang keras
memberi kesan sakral, ada yang menyebut minyak Misik.
ANDA AGUNG, salah satu bentuk pamor berbentuk garis-garis
menyudut, bersusun-susun, berjajar keatas dari pangkal keujung bilah,
tergolong pamor tidak pemilih dan dipercaya dapat memperlancar
karier. Termasuk pamor Miring.
ANGGA CUWIRI, EMPU terkenal pada jaman kerajaan Majapahit sekitar
abad 14, buatannya dikenali dengan tanda sebagai berikut : Ganjanya
relatif berukuran panjang dibanding dengan keris buatan jaman
Majapahit lainnya. Gulu melednya berkesan kekar dan kokoh. Buntut
cecaknya tergolong ngunceng mati. Bagian gendokannya montok,
gembung. Bilah kerisnya berukuran sedang tetapi agak ramping dan
agak tebal, besinya matang tempaan berwarna hitam kebiruan namun
mempunyai kesan kering. Dibanding dengan bentuk keris secara
menyeluruh, bagian sor-soran agak terlalu lebar, blumbangannya juga
lebar dan luas. Pamornya sederhana, kebanyakan Wos Wutah atau Pulo
Tirto.
Keris buatan EMPU Angga Cuwiri mempunyai kesan penampilan yang
keras, berwibawa dan meyakinkan.
ANDORAN, salah satu cara mengenakan keris sebagai pakaian
kelengkapan Adat Jawa Tengah terutama di Surakarta. Keris diselipkan
di sela lipatan sabuk lontong, diantara lipatan kedua dan ketiga.
Kedudukan keris tegak, ditengah punggung si pemakai sedangkan hulu
dan warangka keris menghadap kekiri. Cara ini dipakai untuk
menghadap orang yang dihormati, umpamanya Raja atau berada
ditempat yang perlu dihormati seperti mesjid, makam dan sebagainya.
ANGGABAH KOPONG, salah satu dari 4 macam bentuk ujung sebilah
keris atau tombak, menyerupai sekam padi kopong biasanya buatan
Pajajaran atau Tuban banyak yang berbentuk Anggabah Kopong.
ANJANI, NI EMPU, EMPU wanita terkenal dijaman Pajajaran sekitar
abad 11, umumnya bilahnya tipis, panjangnya cukup dan manis,
besinya pilihan, tempaan matang dan berwarna hitam. Pamornya
tergolong Mubyar, biasanya Udan Mas, Wos Wutah atau Pendaringan
Kebak dan pamor sejenis itu.
ANGGREK KAMAROGAN, KINATAH, adalah hiasan berupa pahatan
relief (gambar timbul) pada sebilah keris atau tombak. Bentuknya
berupa rangkaian bunga anggrek. Pahatan ini hampir selalu dilapisi
dengan logam emas atau emas dan perak, paling sedikit hiasan ini
memenuhi setengah bilah. Dahulu yang berhak memakai ini hanya
kerabat Raja dan Patihnya saja.
ANOMAN, Nama dapur keris Luk Lima. Ukuran panjang bilahnya
sedang, memakai kembang kacang, lambe gajahnya hanya satu, pakai
ri pandan, sogokannya rangkap dan panjang sampai kepucuk bilah,
selain itu tidak ada ricikan lain. Keris ini gampang dikenali karena
sogokannya yang panjang tersebut.
ANUKARTO, PAMOR, lihat pamor rekan.
AREN, KAYU, jenis kayu biasanya untuk tangkai tombak (Landeyan,
bahasa Jawa), karena cukup berat biasa dipakai prajurit berbadan
cukup kuat.
ARJANATI, KANJENG KYAI, salah satu tombak pusaka Pura
Pakualaman, Yogyakarta. Bentuknya tidak biasa termasuk Kalawija,
bilah lurus, pipih dan dibagian pangkal seolah digigit moncong Naga
bersayap. Sayap naga tersebut dua susun, depan dan belakang dan
masing masing susun memiliki lima bulu. Tombak ini tergolong nomnoman.
ASIHAN, PAMOR, gambar motifnya seolah menyatu antara gambar
yang ada di bilah keris dan pamor yang ada di bagian ganja nya, pamor
ini tidak berdiri sendiri dan selalu digabingkan dengan pamor lain yang
lebih dominan seperti Ngulit Semangka Asihan dan sebagainya.
AWAR-AWAR, KAYU, sering dipakai untuk rangka keris karena memiliki
poleng hitam seperti kayu Timoho walau tidak seindah Timoho serta
bahannya lunak.
BALEBANG, dapur keris luk lima, ukuran panjang bilah sedang,
kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap pakai sraweyan,
tanpa greneng. Selain luk lima juga ada Balebang luk tujuh dengan
kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan.
BALEWISA, KANJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur
Parungsari, wrangka dari kayu Timoho dengan pendok bunton terbuat
dari suasa. Semula milik Tumenggung Sasranegara kemudian diberikan
ke anaknya Tumenggung Sasradiningrat yang menjadi menantu Sri
Sultan HAMENGKU BUWONO I, keris ini kembali ke Kraton dijaman Sri
Sultan HAMENGKU BUWONO V.
BANGO DOLOG, Dapur keris luk tiga , ukuran bilah sedang, memakai
kembang kacang, lambe gajah dua, pejetannya dangkal, memakai tikel
alis. Bagian belakang bilah, dipangkal (sor-soran) tepinya tidak tajam
sampai ke luk yang ke dua selain itu tidak ada ricikan lainnya.
BENDO SAGODO, pamor yang gambarnya merupakan bentuk gumpalan
yang mengelompok rapat, masing masing gumpalan terpisah jarak 0.5
cm – 1 cm dan tergolong pamor rekan. Tuahnya gampang mencari
rezeki dan pamor ini tidak pemilih.
BERAS WUTAH, lihat WOS WUTAH.
BERAS WUTAH PELET, gambaran pada wrangka kayu Timoho yang
berupa bintik besar dan kecil berwarna hitam tersebar tak beraturan,
katanya mempunyai tuah yang baik untuk mencari rezeki.
BESI KUNING, atau wesi kuning sebutan senjata tradisional yang
terbuat logam bewarna kuning biasa berbentuk bukan keris tetapi
pangot, patrem, golok pendek dan orang orang tua mengatakan bahwa
besi kuningan merupakan campuran unsur besi, timah putih, perak,
seng, timbal, tembaga, emas. Dipercaya mempunyai kekuatan gaib
menjadi orang kebal terhadap senjata lain.
BESUT, lihat MASUH.
BETHOK, salah satu dapur keris berukuran bilahnya lebar dibandingkan
bilah keris lainnya. Panjang bilahnya pendek lurus, gandiknya panjang,
pejetannya dangkal, dan merupakan keris yang tua umurnya.
BIMA KURDA, salah satu dapur keris luk 13, memakai kembang kacang,
jenggot susun, lambe gajah satu, tanpa sogokan, tanpa tikel alis.
Selain itu memakai Sraweyan dan greneng lengkap. Selain luk 13 ada
juga yang luk 23 dan ukuran kerisnya lebih panjang dari kalawija,
ricikannya memakai kembang kacang, lambe gajah dua, sogokannya
dua, ukurannya normal, memakai greneng lengkap atau hanya ri
pandan.
BIRAWA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur
Carita, luk 11. Wrangkanya terbuat dari kayu Timoho dengan pendok
dari emas bertahta berlian. Semula ini punya Sultan HAMENGKU
BUWONO I yang dianugrahkan ke Pangeran Hadikusuma, putranya,
akhirnya setelah berganti ganti pemilik kembali lagi ke Kraton dengan
harga 300 ripis.
BIRING DRAJIT, salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris. Sisi
bilah tombak di bagian tengah ada lekukan dalam,bentuknya
menyerupai pinggang yang sempit dan ramping, bagian bawah
pinggang ini lebih lebar dibandingkan bagian atas pinggang. Disisi
paling bawah ada dua bagian yang menyudut.
Tombak ini memakai ada-ada tipis ditengah bilah mulai bawah sampai
ke ujung. Separuh bilah tombak kebawah permukaannya berbentuk
ngadal meteng tetapi selebihnya datar saja.
BIRING LANANG, salah satu dapur tombak lurus seperti Biring Drajit,
Sisi bilah tombak di bagian tengah ada lekukan dalam,bentuknya
menyerupai pinggang yang sempit dan ramping, bagian bawah
pinggang ini lebih lebar dibandingkan bagian atas pinggang. Disisi
paling bawah ada dua bagian yang menyudut.
Tombak ini memakai ada-ada tipis ditengah bilah mulai bawah sampai
ke ujung. Separuh bilah tombak kebawah permukaannya berbentuk
ngadal meteng tetapi selebihnya datar saja.
BLABAR, KANGJENG KYAI, nama pusaka kraton Yogyakarta berdapur
Pasopati berpamor sekar pala dengan wrangka kayu cendana, pendok
dibuat emas murni dan berbentuk blewehan. Keris ini merupakan
putran atau duplikat dari pusaka kraton Surakarta yang juga bernama
Kyai Blabar. Semula dimiliki Pangeran Hadikusumo tetapi pada
pemerintahan HAMENGKU BUWONO V ditarik kembali ke kraton.
BLARAK NGIRID, termasuk pamor miring dan rekan bentuknya mirip
daun kelapa dengan pelepahnya dan tuahnya untuk kewibawaan dan
kepemimpinan, pamor ini kadang disebut Blarak Sinered atau Blarak
Ginered. Pamor ini tergolong mahal dan susah pembuatannya.
BLANDARAN , LANDEYAN, tangkai tombak sekitar 3 atau 4 meter
panjangnya, dahulu digunakan prajurit berkuda mengejar musuh atau
acara Rampogan dan Watangan (latihan perang-perangan untuk
prajurit berkuda) setelah ujungnya diganti dengan semacam bahan
lunak.
BLANDONGAN, alat untuk merendam tosan aji sebelum dicuci dan
diwarangi, terbuat dari kayu keras dengan ukuran 70 cm x 20 cm x 15
cm, tengahnya ada lekukan dan kadang diukir. Blandongan disebut
juga Kowen.
BLUMBANGAN, atau Pejetan atau Pijetan adalah bagian keris yang
berupa cekungan atau lekukan pada bagian bawah bilah keris letaknya
dibelakang bagian gandik dan didepan bagian bungkul
BANCEAN, Wrangka kombinasi gaya Surakarta dan Yogyakarta disebut
juga Bincihan.
BANDOTAN, Salah satu dapur tombak luk tujuh, sepertiga panjang
tombak lurus sedangkan dua pertiga baru ada luk nya, sisi kiri/kanan
bawah ada gandiknya berukir naga kadang dihias kinatah, badan kedua
naga tersebut menyatu dan menghilang membentuk ada-ada yang
besar dan menonjol mengikuti luk.
BANJURA, KI EMPU, seorang EMPU pada kerajaan Demak dan jarang
tercatat dibuku, buatannya bentuk ganjanya datar, rata dan tipis, guru
melednya kecil , sirah cicaknya panjang tetapi tidak sampai meruncing
pada bagian ujung. Bilahnya sedang dan ramping seperti buatan EMPU
Majapahit tetapi besinya memberi kesan “kering” berpori dan kurang
tempaan, pamornya sederhana, kembang kacangnya ramping tetapi
lingkarannya besar, blumbangannya berukuran dalam tapi sempit,
sogokannya dangkal dan panjangnya cukup, secara keseluruhan
memberi kesan wingit.
BANYAK ANGREM, salah satu dapur tombak seperti angsa mengeram,
tidak symetris, lebar bagian bawah, permukaan datar tetapi memakai
ada-ada tipis ditengah bilah, ricikan lain tidak ada. Dapur ini banyak
terdapat pada tombak lama dan dibuat bukan untuk berperang tetapi
sebagai pusaka.
BANYAK WIDE, EMPU, hidup jaman Pajajaran, ada yang menyebut
namanya Ciung Wanara, hasil karyanya ganjanya tergolong panjang
(ganja wuwung), guru meled juga panjang, sirah cecak membulat
tetapi tepat bagian cocor meruncing kecil , besi keris hitam berkesan
padat dan liat dan secara keseluruhan memberi kesan angker, wingit.
BARU, nama salah satu dapur tombak lurus, Bilahnya simetris. Bentuk
menyerupai daun bambu dengan sedikit lekukan landai dibagian bawah
pinggangnya. Lebar bilah bagian bawah sedikit lebih lebar daripada
bagian atas pinggang. Tombak ini memakai bungkul dibagian sor-soran,
bilah diatas sor-soran berbentuk ngadal meteng. Dapur Baru ini
tergolong popular, banyak dijumpai terutama pada tombak buatan
Majapahit dan Belambangan.
BARU CEKEL, nama salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah bilah
agak kebawah ada tekukan landai membentuk semacam pinggang yang
cukup ramping, memakai ada-ada dan bungkul kecil. Sisi bilah paling
bawah bentuknya menyudut, tetapi permukaan bilah yang menghadap
kebawah bentuknya datar.
BARU GRONONG, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya
simetris, bentuknya pipih, tipis, mempunyai lekukan landai dibagian
tengah bilah yang menyerupai pinggang. Lebar bilah bagian atas lebih
sempit disbanding bagian bawah pinggang. Diatas metuk ada bungkul.
Tombak ini memakai kruwingan dikiri kanan bagian bungkul tetapi
permukaan bilahnya tidak memakai ada-ada.
BARU KALANTAKA, salah satu dapur tombak lurus, dibagian sisi tengah
bilah ada lekukan landai membentuk semacam pinggang yang tidak
begitu ramping. Bagian dibawah pinggang ini lebih besar daripada
bagian diatasnya. Memakai ada-ada, dibawah ada-ada ada bungkul
kecil. Sisi bilah yang menghadap kearah bawah membulat membentuk
semacam separuh elips.
BARU, KANGJENG KYAI, tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur
baru, semula milik Ki Sawunggaling dari Bagelen kemudian diberikan
ke Pangeran Mangkubumi melawan penjajahan Belanda.
BARU KUPING, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris,
menyerupai daun bambu, dengan
sedikit lekukan landai pada bagian bawahnya. Hampir mirip bentuknya
dengan tombak dapur Baru. Lebar bagian bawah pinggang sedikit lebih
kecil dari atas pinggang, memakai bungkul diatas mentuk, permukaan
bilah tombak diatas bagian bungkul berbentuk ngadal meteng.
BARU PENATAS, tombak salah satu dapur lurus, simetris, pipih dan
tipis. Mempunyai lekukan seperti pinggang ditengah, lebar bagian
bawah pinggang lebih besar daripada bagian atas, diatas bagian metuk
ada bungkul besar, permukaan bilah tombak diatas bungkul berbentuk
ngadal meteng.
BARU TEROPONG, salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah ada
tekukan landai seperti pinggang tetapi tidak begitu ramping. Bilahnya
agak tebal, tidak memakai ada-ada tetapi memakai bungkul berukuran
besar namun tipis dan tidak begitu menonjol. Permukaan bilah tombak
berdapur umumnya nggigir sapi.
BASSI PAMARO, sebutan bagi pamor Luwu, biasa dipakai orang
Malaysia, Singapore dan Brunei dan menjadi bahan dagangan semenjak
jaman Majapahit.
BATHANG GAJAH, KANGJENG KIAI, Keris pusaka Kraton Yogyakarta
berdapur Carita Luk 11, wrangkanya kayu Trembalo, pendoknya emas
blimbingan rinaja warna.
BATU LAPAK, pamor yang selalu menempati bagian sor-soran sebuah
keris, badik, pedang atau tombak. Bentuknya merupakan berkas garis
yang melengkung setengah lingkaran atau menyudut dan tergolong
pamor miring serta pamor rekan , tuahnya bisa melindungi dari bahaya
tak terduga.
BAWANG SEBUNGKAL, pamor dengan bentuk mirip dengan irisan
bawang, menempati sor-soran keris tergolong pamor miring dan rekan.
Tuahnya memelihara ketenangan dan ketentraman rumah tangga.
BEKEL JATI, EMPU, hidup di Tuban pada jaman Majapahit, tanda
kerisnya Panjang bilah sedang, condong kedepan sehingga berkesan
menunduk, lebar bilah dan ketebalannya cukup, bagian ganja agak
sempit dibandingkan buatan Tuban lainnya dan termasuk ganja
wuwung.
BADAELA, pamor yang dianggap kurang baik termasuk pamor tiban dan
terletak di sor-soran, karena tuahnya buruk maka sering diberikan ke
museum atau dilarung.
BAKUNG, nama dapur keris luk lima, ukuran panjang bilahnya sedang.
Cekungan pejetannya dalam, tikel alis dan greneng, selain itu tidak
ada ricikan lain.
CACAP, Suatu kebiasaan keliru yang dilakukan pemilik keris dimasa
lampau yaitu merendam bilah kerisnya dengan bisa ular atau isi perut
ketonggeng, hal ini bisa merusak bilah .
CACING KANIL, nama salah satu dapur tombak luk 3, 5 atau 7, mirip
cacing menggeliat dan berbentuk beda dengan luk keris biasa, pada
cacing kanil maka luk mengarah kesegala arah. Tombak dengan motif
cacing kanil tidak pipih tetapi bulat atau persegi, bisa segi 3, 4 atau
berbentuk belimbing.
Tombak cacing kanil sekarang berubah fungsi bukan sebagai tombak
tetapi banyak digunakan sebagai tongkat komando.
CALURING, atau Cluring merupakan dapur keris luk 11, memakai
kembang kacang dengan sogokan rangkap tanpa ricikan lain, bilah
panjang dan tebal, luk nya makin keujung makin rapat, keris ini mudah
dikenali dari luk nya.
Ada juga Caluring luk 13 dengan ricikan yang sama.
CAMPUR BAWUR, keris luk 3, ukuran bilah sedang, luk ada di atas,
bawah dan tengah keris sehingga keris cenderung lurus. sogokan keris
rangkap, memakai greneng dan pejetan.
CANCINGAN, lihat KANCINGAN.
CARANG MUSTOPO, EMPU, hidup dijaman PAKU BUWONO IV, dikenal
juga sebagai EMPU Kyai Mustopo, kerisnya dikenali sebagai berikut ,
ganja model Sebit Ron Tal, gulu meled sempit, buntut cicak model
buntut urang, ukuran ganja seimbang dan serasi dengan panjang bilah.
Bilah ramping dengan posisi agak merunduk, matang tempaan dan
rapih, keris yang lurus rata rata lebih tebal dibandingkan yang luk.
Pamornya sederhana berpenampilan tampan, sopan dan rapi
menyenangkan.
CARANG SOKA, Keris luk 9, memakai kembang kacang, lambe gajah
satu, sraweyan, ri pandan.
CARITA, keris luk 13, ukuran bilah sedang memakai kembang kacang,
lambe gajah satu, sogokan rangkap dan greneng. Ada juga Carita luk
11.
CARITA BUNTALA, keris luk 13, bilah sedang, kembang kacang, lambe
gajah satu, sraweyan, ri pandan, kruwingan tidak melengkung landai
tetapi berbentuk patah kaku. Ada juga luk 15, memakai kembang
kacang, lambe gajah dua, memakai jalen, sraweyan, ri pandan.
CARITA DALEMAN, keris luk 11, panjang bilah sedang, kembang kacang
bungkem, jenggot dan greneng serta lis-lisan dan gusen.
CARITA GANDU, keris luk 11, ukuran sedang, kembang kacang,
jenggot, lambe gajah satu, sraweyan dan ri pandan.
CARITA GENENGAN, keris luk 11, bilah sedang, luknya dalam,
kembang kacang, jenggot dan lambe gajah satu, sogokan rangkap,
sraweyan dan ri pandan. Dapur ini disebut juga Carita Gunungan.
CARITA KANAWA, keris luk 9, panjang bilah sedang, kembang kacang,
lambe gajah dua, jalen dan jalu memet, dus sogokan normal,
sraweyan, lis-lisan, gusen, kruwingan.
CARITA KAPRABON, keris luk 11, bilah sedang, gusen sampai keujung
bilah, kembang kacang, tikel alis, jenggot, jalen, jalu memet, lambe
gajah dua, sraweyan, ri pandan, greneng tanpa sogokan.
CARITA PRASAJA, keris luk 11, bilah sedang, kembang kacang dan
lambe gajah dua.
CARUBUK, keris luk 7, panjang bilah normal, kembang kacang, lambe
gajah dua, sraweyan dan greneng lengkap, ada yang mengatakan harus
ditambahi dengan kruwingan.
CELURIT, senjata tradisional Madura, mirip arit, sabit tetapi bagian
lengkung diujungnya lebih panjang dan runcing.
CENDANA KAYU, bahan pembuat wrangka yang banyak disukai
terutama didaerah Surakarta sekitarnya. Pohonnya berkayu keras
dengan tinggi bisa mencapai 15 m, kayu cendana dari Sumbawa
terkenal harum baunya lebih dari cendana jawa. Urat kayu cendana
yang bagus disebut ngulit urang, doreng, makin bagus makin mahal
harganya.
CENDANA MINYAK, untuk meminyaki keris, karena mudah menguap
dan terlalu kental maka dicampur minyak klentik atau minyak mesin.
CENGKRONG, salah satu dapur keris lurus, bilahnya sedang posisinya
agak membungkuk, bagian gandik terletak dibelakang, panjang sampai
lebih dari setengah bilah, tanpa ricikan apa apa, beberapa jenis dapur
cengkrong ada yang luk 3, 5, 7, luk terletak diujung keris, dulu banyak
dimiliki oleh alim ulama.
CEPLOK BANTENG, PELET, pelet kayu timoho yang bintik bintik besar
rapat satu sama lainnya, kadang bersinggungan dan menyebar
diseluruh permukaan kayu wrangka. Tuahnya baik untuk kewibawaan.
CEPLOK KELOR, PELET, pelet kayu timoho, bulatan bulatan sebesar
daun kelor agak lonjong, menyeluruh di wrangka, tuahnya dapat
menawarkan ilmu jahat.
CINCIN KERIS, lihat Mendak
CITRO, salah satu dapur tombak luk 13 mempunyai semacam kembang
kacang, dua lambe gajah ditepi bilah menghadap kebawah didekat
bagian mentuk, selain itu memakai ada-ada tipis disepanjang bilah,
kebanyakan buatan Mataram.
COCOR, bagian paling depan dari ganja dan merupakan bagian ujung
dari sirah cicak. Cocor ada yang tumpul ada yang runcing, kadang
disebut cucuk.
CONDONG CAMPUR, salah satu dapur keris lurus, panjang bilah sedang
dengan kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan hanya satu
didepan dan ukuran panjang sampai ujung bilah, sogokan belakang
tidak ada, selain itu juga memakai gusen dan lis-lisan.
CUNDRIK, salah satu dapur keris lurus berukuran kecil sekitar
sejengkal bilahnya umumnya agak tebal dan membungkuk, gandik
terletak dibelakang berukuran panjang dan terdapat kruwingan yang
jelas dan tegas, sepintas seperti keris Cengkrong.
CUNDUK UKEL, keris yang diberikan mertua kepada menantu nya
sebagai ikatan keluarganya, biasanya sebelum diberikan ke menantu
terlebih dahulu diberikan kepada anak perempuannya. Bila suatu saat
mereka bercerai maka keris itu dikembalikan kepada anak perempuan
tersebut.
CURIGA, kata lain dari keris yang lebih halus dan sopan.
DADUNG MUNTIR, pamor yang hampir mirip pamor Sada Saler,
bedanya garis yang menjulur sepanjamg bilah tidak berbentuk garis
biasa tetapi lukisan pamor yang mirip dengan pintalan tambang atau
pintalan tali. Tuahnya menambah kewibawaan dan keberanian serta
keteguhan hati, tergolong pamor rekan dan banyak terdapat pada
keris dan tombak buatan Madura, termasuk pamor pemilih, tidak
setiap orang bisa cocok.
DAMAR MURUB, lihat URUBING DILAH.
DAN RIRIS, lihat PANDAN IRIS.
DANUWARSA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta
berdapur Jalak Sangu Tumpeng, warangkanya dari kayu trembalo,
pendoknya dari suasa, merupakan putran dari KKA KOPEK, buatan
Empu Supo dibuat jaman HAMENGKU BUWONO V.
DAPUR, adalah penamaan ragam bentuk atau tipe keris, sesuai dengan
ricikan yang terdapat pada keris itu dan jumlah luk nya. Penamaan
dapur keris ada patokannya, ada pembakuannya. Dalam dunia
perkerisan, patokan dan pembakuan ini biasanya disebut pakem dapur
keris.
DARADASIH, nama salah satu dapur tombak luk 5, ditengah bilahnya
memakai ada-ada yang ukurannya besar dan tebal sehingga terlihat
jelas, bilahnya tebal dan ditepinya ada gusen serta lis-lisan, sisi bilah
bagian bawah tombak ini berbentuk menyudut. Ricikan lainnya tidak
ada.
DARADASIH MENGGAH, salah satu dapur tombak luk 5, pada luk
pertama terdapat pudak sategal, serta kruwingan dibagian sor-soran,
permukaan bilah pada separuh bagian atas cenderung datar tetapi
bagian bawah berbentuk ngadal meteng. Sisi bilah yang menghadap
terdapat semacam kembang kacang dan dua lambe gajah yang kecil
kecil ukurannya.
DEDER, bagian hulu keris terbuat dari kayu untuk pegangan keris itu,
bentuk deder itu ada ratusan, tiap daerah punya ciri sendiri, di
Yogyakarta dan surakarta disebut juga ukiran. Kayunya biasanya dipilih
yang gampang diukir tetapi harus keras dan punya urat yang indah,
kayu yang dianggap baik di Jawa adalah kayu Tayuman sedang di
Malaysia, Riau, Brunei adalah kayu kemuning.
DELING, PAMOR, nama lain dari Akhodiat di Madura, kalau menyebar
dibilah keris disebut Delung Settong, kalau mengumpul diujung bilah
disebut Deling Pucuk dan kalau dibagian pesi disebut Deling Paksi.
DEWADARU, PELET, nama gambar pada warangka yang berupa garis
garis tipis dan tebal berwarna hitam atau coklat tua berjajar dari atas
kebawah atau miring, tuahnya bisa mendapat keberuntungan, karena
indahnya maka timoho pelet dewadaru banyak dicari orang.
DORA MENGGALA, salah satu dapur tombak luk 5, memakai pudak
sategal dan kruwingan , bilah bagian bwah sor-soran agal tebal, tetapi
mulai tengah bilah sampai ujung tipis dan datar. Pada sisi bilah uang
menghadap kebawah terdapat bentuk yang menyerupai kembang
kacang dan satu lambe gajah berukuran kecil.
DORENG PELET, gamvaran warangka kayu timoho berupa jurai jurai
berwarna hitam atau coklat pada permukaan kayu, sepintas mirip kulit
harimau, gambaran ini selain di kayu timoho juga ada pada kayu
cendana dan kayu yang lain.
DRAJIT, nama keris luk 21, tergolong kalawija, ukuran kerisnya sedikit
lebih panjang daripada keris bukan kalawija. Mempunyai kembang
kacang, lambe gajah dua dan sraweyan. Tergolong keris langka dan
buatan lama.
DUNGKUL, lihat WUNGKUL.
DUWUNG, padanan kata keris, dianggap lebih halus dan biasa
digunakan oleh priyayi Jawa.
DWISULA, tombak bercabang dua, ada yang lurus dan ada yang ber luk
3, 5 atau lebih, tidak terlalu populer dibandingkan tombak Trisula,
kegunaannya lebih sebagai tombak pusaka yang tidak dipakai secara
langsung dalam pertempuran, biasanya dibuat indah bahkan ada yang
diberi kinatah.
EKSOTERI KERIS, ilmu mengenai keris yang tampak dari luar dan
merupakan lawan dari esoteri keris.
ENDAS BAJA, pamor yang menurut banyak orang bertuah buruk,
katanya pemiliknya akan sering mendapat musibah karena ulahnya
sendiri. Apa yang dilakukan serba salah, sebaiknya dibuang atau
dilarung , pamornya selalu terdapat pada bagian sor-soran.
ENTO-ENTO, atau ngento-ento merupakan nama desa di Sleman yang
pada masa silam merupakan tempat Empu Supo Winangun. Menurunkan
Empu Jeno Harumbrojo dan Empu Genyo.
ENTO WAYANG, Empu yang hidup zaman Kartasura, anak Empu
Supanjang dan leluhur Empu Jeno. Tanda tanda kerisnya tidak tercatat
hanya selalu membuat keris gaya Mataraman.
EPEK, semacam ikat pinggang tradisional dan merupakan kelengkapan
pakaian Jawa, terbuat dari bludru dan kadang dihiah benang emas
atau manik manik, lebar sekitar 6 cm dan panjang sekitar 95 cm
sampai 140 cm.
Sebuah epek baru dapat dikenakan bila dilengkapi timang, semacam
kepala ikat pinggang, pada umumnya berwarna dasar hitam, kadang
ada yang berwarna dasar merah, biru atau hijau. Disesuaikan dengan
baju yang dipakai.
ERI CANGKRING, bagian yang menonjol pada sisi atas ditepi sebuah
warangka gaya Surakarta, Yogyakarta, Madura atau Bali, berbentuk
menyudut tajam menonjol sekitar 0.5 cm dan tempatnya sejajar
dengan tengah lobang searah dengan garis pesi keris.
ERI WADER, pamor yang menyerupai tulang ikan, sepintas seperti
pamor Ron Genduru, bedanya lebih kurus dan tergolong pamor miring.
Pembuatannya tergolong sukar dan karena dapat dirancang maka
termasuk pamor rekan. Pamor ini tergolong pemilih dan dipercaya
dapat menambah wibawa pemiliknya.
ESOTERI KERIS, ilmu yang memusatkan pada apa yang tidak tampak
dari luar, membicarakan mengenai tuah, tanjeg, tayuh, khasiat, daya
magis, manfaat, pengaruh, penunggu dan semacamnya. Terlepas dari
benar atau tidaknya maka esoteri ini merupakan salah satu budaya
per-kerisan dan dibicarakan juga dinegara lain dan kadang sering
dibicarakan dari sudut agama.
GABILAHAN, sebutan orang Madura untuk warangka model Gayaman,
khususnya bergaya Madura.
GADA TAPAN, KANGKENG KYAI, tombak pusaka Kraton Yogyakarta,
berdapur Gada. Kini KK Gada Tapan dan KK Gada Wahana menjadi dua
tombak pendamping pusaka KK Ageng Pleret.
GADA WAHANA, KANGJENG KYAI, puasa Kraton Jogya, berdapur Gada
dengan hiasan sinarasah emas, berasal dari pemberian pendeta dari
Pratiwagung pada Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
GADING, bahan baku untuk warangka yang banyak jumlahnya, gading
gajah afrika umumnya panjangnya mencapai 2 m dengan berat ratarata
21 kg sedang gajah asia beratnya sekitar 19 kg dengan panjang
rata-rata 160 cm saja. Gajah Sumatra gadingnya termasuk paling
mahal dengan warna lebih putih dan keretakan tidak banyak, gajah
Thailand agak kekuningan warna gadingnya dan keretakan agak
banyak, sedang gajah Afrika banyak retak gadingnya. Sebagian pecinta
keris menolak menggunakan warangka gading ini karena kekerasannya
dapat membuat aus bilah keris dan merusak pamor, itulah sebabnya
keris pusaka tidak ada yang diberi warangka gading.
GAJAH MANGLAR, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta,
berdapur Gajah Manglar, warangka dari kayu Timoho, pendoknya dari
emas bertahtakan intan berlian. Semula milik Sri Sultan HAMENGKU
BUWONO I, diserahkan kepada putranya Pangeran Demang dan pada
zaman Sultan HAMENGKU BUWONO V kembali ke Kraton.
GAJAH SINGA, nama salah satu jenis hiasan kinatah yang ditempatkan
bagian bawah ganja. Permukaan yang tidak tertutup hiasan gajah singa
dihiasi ornamen hiasan lain. Kinatah gajah singa diberikan karena keris
tersebut telah berjasa membantu pemiliknya, terjadi pada
pemerintahan Sultan Agung Anyokrokusumo. waktu itu didaerah Pati,
Jawa Tengah bagian utara, terjadi pemberontakan yang dipimpin
Adipati Pragola, sesudah pemberontakan berhasil dipadamkan maka
Raja Mataram memberikan tanda kehormatan Kinatah Gajah Singa
pada prajuritnya.
Semua keris para prajurit sampai perwira dikumpulkan dan diberi
hiasan kinatah Gajah Singa kemudian dikembalikan lagi kepada yang
punya, ini untuk peringatan Mataram memadamkan pemberontakan
Pati karena Gajah Singa artinya perlambang angka tahun sesuai dengan
candra sengkala, Gajah melambangkan angka 8 sedangkan Singa angka
5, curiga (keris) angka 5 dan tunggal melambangkan angka 1 dan
karena candra sengkala (lambang angka tahun) selalu dibaca dari
belakang maka yang dimaksud adalah 1558 kalender Jawa. Walau
penghargaan kinatah Gajah Singa diberikan pada zaman Mataram
tetapi ada juga keris buatan Majapahit, Tuban, Jenggala dan Singasari
menggunakan hiasan itu.
GANA KIKIK, salah satu dapur keris lurus yang panjang bilahnya
berukuran sedang, keris ini memakai gusen, ada-adanya tebal dan
nyata, gandik keris ini diukir dengan bentuk srigala sedang melolong,
kaki depan tegak sedang kaki belakang ditekuk. Ada yang menyebutnya
dapur Kikik saja atau Naga Kikik, dapur ini tergolong populer dan
banyak penggemarnya karena indah bentuknya dan tinggi mutunya.
GANDAR, adalah salah satu bagian dari warangka keris, dibuat dari
kayu yang tidak terlalu kerasbentuknya bulat panjang dan pipih,
kegunaannya untuk melindungi bilah keris, banyak gandar dilapisi
selongsong logam berukir indah dan disebut pendok.
GANDAR IRAS, warangka yang menyatu dengan gandar , jadi
seluruhnya dibuat dari satu bongkah kayu tanpa sambungan apapun.
Warangka Gandar Iras selalu lebih mahal dari warangka biasa karena
bahan kayu yang utuh dan cukup untuk membuat warangka ini sulit
dicari dan banyak bahan terbuang dalam proses pembuatannya.
GANDAWISESA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta,
berdapur Naga Siluman, warangka dari kayu Trembalo dan pendok
bertahta rajawarna. Keris ini buatan Penembahan Mangkurat dizaman
pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
GANDIK, adalah bagian “raut muka” dari sebilah keris. Ada gandik
polos, ada yang dilengkapi racikan lain. Letaknya tepat diatas sirah
cecak. Bagian gandik ini hampir selalu berada dibagian depan keris,
hanya pada beberapa dapur keris antara lain dapur “cengkrong” yang
letaknya dibelakang dari bilah keris. Kata “gandik” dalam bahasa
Jawa berarti batu penggilas yang bentuknya bulat panjang. Ukuran dan
ketebalannya bermacam-macam.
GANJA, bagian bawah dari sebilah keris, seolah-olah merupakan alas
atau dasar keris tersebut, pada bagian tengahnya ada lobang untuk
memasukan bagian pesi. Bagian bilah dan bagian ganja dari sebilah
keris merupakan kesatuan yang tak terpisahkan melambangkan
kesatuan lingga dan yoni, ganja mewakili lambang yoni sedang
bilahnya melambangkan lingga. Bentuknya sepintas mirip buntut cecak
tanpa kaki, bagian depanya mirip kepala cecak disebut sirah cecak,
begitu pula bagian perut dan ekornya , bagian “perut” ganja disebut
Wetengan atau Gendok, sedang bagian “ekor” disebut buntut cecak.
Ragam bentuk ganja ada beberapa macam, ganja Sebit Ron Tal,
Wulung, Wilut, Dungkul, Kelap Lintah. Disemenanjung Melayu,
Brunei, Serawak dan Sabah serta Riau disebut juga Aring, namun sering
disebut ganja saja.
GANJA WULUNG, Ganja yang tidak berpamor, banyak pendapat
emngapa kerisnya berpamor bagus sedangkan ganjanya tidak
berpamor. Pertama, keris itu adalah keris yang bagus kemudian
dibuatkan putran-nya (duplikat), bagian ganja keris yang bagus itu
dilepas lalu dijadikan campuran bahan baku pembuatan keris duplikat,
sedangkan keris aslinya dibuatkan ganja wulung. Kedua, pada jaman
dulu banyak orang yang memahami ilmu keris terutama isoterinya,
dengan hanya melihat bagian ganjanya yang tampak orang akan
menduga keris itu berdapur apa, pamornya apa, dan apa tuahnya
dengan demikian apabila orang tersebut telah tertebak apa tuah
kerisnya dia merasa seperti “ditelanjangi” sehingga untuk menutupinya
dia memesan ganja wulung. Ketiga karena ganjanya rusak dan diganti.
GANDRUNG, PELET, gambaran pada warangka kayu Timoho berupa
bulatan besar tidak teratur dipermukaan, selain indah bertuah baik
dan disenangi orang sekeliling, banyak dicari oleh Dalang.
GAYAMAN, nama salah satu bentuk warangka didaerah Surakarta dan
Yogyakarta, mirip bentuk buah gayam, makanya disebut gayaman.
Bentuk gayaman Yogyakarta agak beda dengan gayaman Surakarta,
begitu pula gayaman Madura (gabilahan), warangka ini paling banyak
dipakai orang karena lebih sederhana , ringkas ukurannya dan tidak
mudah patah dan umum digunakan sehari-hari sebagai kelengkapan
pakaian daerah.
GEDONG PUSAKA, bangunan khusus di keratom tempat penyimpan
pusaka, hanya petugas khusus dan kerabat raja tertentu yang boleh
masuk.
GENDOK, atau wetengan atau waduk adalah nama bagian tengah
ganja, bentuknya menggembung bagaikan perut kenyang. Ditengah
bagian gendok terdapat lubang untuk memasukan pesi. Sebagian orang
menyebutnya wadukan.
GENYODIHARDJO, pandai keris dari Yogyakarta, kakak empu Jeno
walau garapannya masih kalah dari empu Genyo.
GIRIREJO, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur
Carita luk 11, warangka dari kayu Timoho, pendok dari pendok slorok
terbuat dari suasa, sedang seloroknya dari emas murni. Keris ini dibeli
Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dari abdi dalem bernama Bekel
Wasadikara.
GRENENG, salah satu bagian keris yang merupakan bagian tepi dari
punggung keris sebelah pangkal, bagian tepi bilah ini bentuknya
menyerupai gerigi dengan ujung-ujung runcing. Bentuk variasi dari
gerigi ini berbeda dari daerah satu ke yang lain tetapi bentuk dasarnya
sama. Ada yang mengatakan bahwa bentuk greneng merupakan
tandatangan sang empu karena setiap empu terutama bagian Ron Da
selalu berbeda satu dengan lainnya.
GODONG ANDONG, salah satu dapur tombak bilah lurus dan bilahnya
simetris, bentuknya mirip gadong andong, ditengah memakai ada-ada
dari pangkal hingga ujung bilah, ricikan lain tidak ada , dapur ini
banyak terdapat pada tombak kuno terutama buatan zaman Pajajaran
dan Segaluh.
GODONG DADAP, salah satu dapur tombak lurus seperti daun dadap,
lebar, simetris dan tipis. Ditengah bilah dari bawah sampai atas
memakai ada-ada tipis, ricikannya yang lain tidak ada. Biasanya
tombak ini berukuran kecil kadang disebut dapur Ron Dadap.
GODONG SEDAH, salah satu dapur tombak lurus berukuran kecil,
menyerupai daun sirih, lebar ditengah pipih, simetris dan tipis, bagian
tengah dari bawah ke ujung terdapat ada-ada, biasa disebut Ron
Sedah.
GODONG PRING, salah satu dapur tombak lurus seperti daun bamby,
simetris kiri dan kanan, bilahnya tipis, hampir tak ada ada-ada, pada
bagian bawah ada lekukan landai yang berbentuk semacam pinggang,
pamor ini tergolong populer dan banyak dijumpai.
GOLOK, salah satu jenis pedang sabet dan berat bobotnya, bentuknya
agak beragam umumnya berbentuk lameng pendek bagian
punggungnya cembung pada ujungnya, sedang bagian depannya lurus.
Yang tajam hanya sisi depannya.
GOTHITE, mineral besi terdiri dari trioksida besi yang terikat air
berwarna kekuningan, merah dan kecoklatan, rumus kimianya
Fe2O3.H2O. besi ini kurang baik untuk bahan keris karena mudah
keropos dan berpori.
GUMBOLO GENI, pamor yang menyerupai binatang kala atau
ketonggeng dengan ekor mencuat keatas, pamor ini tergolong baik
untuk menolak sesuatu yang tidak dikehendaki dan tergolong pemilih.
Pamor ini selalu terletak di sor-soran.
GULING, EMPU, empu terkenal di zaman Mataram. Karya karyanya
demikian indah. Tanda tandanya adalah, ukuran bilah lebih besar dari
rata rata buatan Majapahit tapi lebih ramping, ganjanya melengkung,
gulu melednya sempit sirah cecak berbentuk lonjong dan meruncing
pada ujungnya, buntut urangnya berbentuk nguceng mati dan tidak
pakai tunggakan, banyak keris karya Ki Empu Guling memakai Ganja
Wulung.
Besi yang dipakai 2 rupa, yaitu hitam keabu-abuan dibagian tengah dan
hitam legam dibagian pinggir bilah. Pamornya rumit dan halus, lembut
dan padat. Penampilan keris secara keseluruhan memberi kesan gagah,
berwibawa dan anggun. Kalau membuat kembang kacang bentuknya
melingkar sekali, jalennya pendek tapi lambe gajahnya menonjol
panjang. Sogokannya dangkal tapi panjang, janurnya berbentuk mirip
lidi, terus tetap kecil sampai kebawah. Kalau membuat bagian Dha
pada Ron Dha, lekukannya tergolong dangkal . jika tidak memakai
kembang kacang maka gandiknya agak panjang dan tidak begitu
miring.
GULU MELED, salah satu bagian dari ganja yang letaknya dibelakang
sirah cecak, dibagian gulu meled ini, ukuran ganjanya menyempit
dibandingkan dengan bagian depannya. Jadi mirip bagian leher seekor
cicak.
GUNAWISESA, KANGJENG KYAI, pusaka Keraton Yogyakarta, berdapur
Carita dengan bagian ganja bertahtakan intan. Warangkanya dari kayu
Timoho dengan pendok emas rajawarna. Keris ini buatan empu keraton
pada jaman pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
GUNUNGAN, nama salah satu dapur tombak yang bentuknya
menyerupai gunungan wayang kulit. Tombak ini umumnya menyerupai
gunungan wayang kulit, berbilah tipis dan lebar, selain ada-ada pada
bagian sor-soran tombak ini tidak punya ricikan apapun.
GUTUK API, KANGJENG KYAI, keris pusaka keraton Yogyakarta,
berdapur Jalak, warangkanya dari kayu Timaha, pendoknya jenis
blewahan terbuat dari emas bertahtakan intan permata raja warna.
semula milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I diberikan ke Pangeran
Adinegara, putranya, selanjutnya jatuh ketangan Temenggung
Mertadiningrat dan dikembalikan ke keraton pada mas Sri Sultan
HAMENGKU BUWONO V.
GUSEN, adalah daerah sempit sepanjang tepi bilah keris atau tombak,
daerah sempit itu yang dibatasi oleh tepi bilah yang tajam dengan
garis lis-lisan.
GUNA, KYAI, empu terkenal yang hidup dijaman penjajahan Belanda,
tinggal di Magetan, Madiun. Kerisnya berukuran panjang dan besar dan
pada umumnya berdapur lurus. Karena dari bahan baja maka keris Kyai
Guna terkenal amat kuat dan dapat melubangi kepingan logam, sampai
saat ini keris buatan Kyai Guna masih populer didaerah Madiun dan
Ponorogo dan sekitarnya. Banyak diantaranya tidak memakai bahan
pamor, orang Madiun dan Jawa Timur menyebutnya keris pamor waja.
HARJAMULYA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton
Yogyakarta berdapur Cengkrong, warangka dari kayu Timoho, pendok
blewahan terbuat dari emas, dengan ukiran bahan gading. Keris ini
didapat Sri Sultan Hamengku Buwono II dari “Kangjeng Gubermen”
sewaktu Sultan ditawan di Penang.
HULU PEKAKAK, nama hulu keris terkenal disemenanjung Malaka,
Riau, Jambi, Serawak, Brunei dan Sabah, terbuat dari kayu keras,
gading atau perak. Bentuknya menyerupai kepala raksasa dengan mata
besar dan hidung panjang yang distilir. Dipulau Jawa bentuk ini
dijumpai juga didaerah Surakarta dan disebut Rajamala.
HULU BURUNG, nama salah satu jenis hulu keris berbentuk burung,
bentuk ini sudah jarang dipakai namun dulu banyak dibuat orang di
Jambi, Bangkinang, Riau dan Semenanjung Melayu serta Pathani
(Thailand Selatan), terbuat dari bahan kayu yang keras, gading atau
gigi ikan duyung, bahkan ada pula yang dari perak.
YASADIPURA II, pujangga terkenal Kraton Solo. Tahun 1814 beliau
menulis Serat Centini bersama RM Ranggasutrasna dan RM
Sastrodipura, membahas mengenai Pakem Keris dan Tombak Jawa
dibawah koordinasi Paku Buwono V, pekerjaan ini selesai tahun 1823.
YOGAPATI, pamor yang oleh banyak penggemar keris dianggap buruk,
pemiliknya akan sering dirundung malang, sehingga sebaiknya dilarung
atau diserahkan ke Museum saja, pamor ini terletak di sor-soran dan
tergolong pamor Tiban.
YONI, semacam daya atau kekuatan gaib yang menurut ahli esoteri
dianggap sebagai kekuatan yang ada pada tuah keris. Ini menunjukan
ketinggian ilmu empu yang membuat.
YUYU RUMPUNG, salah satu dapur keris lurus, ada 2 versi mengenai
keris berdapur ini, yang pertama, bilahnya berukuran sedang,
gandiknya panjang dan diatas gandik ada kembang kacangnya
berukuran kecil. Yang kedua gandiknya berada dibelakang, panjang,
bilahnya agak membungkuk, ganjanya kelap lintah. Biasanya dimiliki
petani dan mempunyai tuah membantu menangkal serangan hama dan
menyuburkan tanaman.
NABI SULAIMAN, nama pamor yang letaknya didaerah sor-soran,
merupakan pamor titipan, pamor yang dibentuk kemudian setelah
bilah keris selesai dikerjakan. Bentuk pamor menyerupai bintang segi
enam, tuahnya baik terutama dalam keadaan darurat tetapi pamor ini
pemilih dan katanya hanya raja atau keturunannya yang bisa
memilikinya.
NAGA GAJAH, keris luk 7, gandik keris diukir kepala gajah lengkap
dengan telinga dan belalai tetapi tanpa badan. Ricikan lain adalah
sraweyan, ri pandan dan greneng. Kadang memakai gusen, selain itu
tak ada ricikan lain. Keris ini tergolong langka, seandainya ada
kemungkinan bikinan baru atau tangguh muda, adapun pecinta keris
menyebutnya Naga Liman.
Tayuh Keris :
· Dhapur Carita (luk 11) : cocok untuk dalang/seniman.
· Dhapur Brojol (lurus) : cocok untuk dukun bayi/seniman.
· Dhapur Nagasasra (luk 13) : cocok untuk Raja/Kepala
Pemerintahan.
· Dhapur Sabuk Inten (luk 11) : cocok untuk para perwira.
· Dhapur Sengkelat (luk 13) : cocok untuk para penguasa.
· Dhapur Tilam Upih (lurus) : cocok untuk
pujangga/pendeta.
· Dhapur Tilam Sari (lurus) : cocok untuk Raja/pendeta.
· Dhapur Jaran Guyang (luk 7) : cocok untuk play-boy.
· Dhapur Pulanggeni (luk 5) : cocok untuk
panglima/komandan.
· Dhapur Singa Barong (luk 5-13) : cocok untuk pengawal.
· Dhapur Carubuk (luk 7) : cocok untuk pendeta/alim-ulama.
· Dhapur Bethok Jangkung (luk 3) : cocok untuk keselamatan.
· Dhapur Sempana (luk 9) : cocok untuk Pejabat Pemerintah.
· Dhapur Jalak Sangu Tumpeng (lurus) : cocok untuk
mencari rezeki.
· Pamor Udan Mas : cocok untuk mencari kekayaan.
· Pamor Beras Wutah : cocok untuk mencari nafkah.
· Pamor Satriya Pinayungan : cocok untuk komandan pasukan/
penguasa/pencari keselamatan.
· Pamor Raja Gundhala : cocok untuk kesaktian.
· Pamor Blarak Ngirit : cocok untuk mencari kesetiaan.
· Pamor Ujung Gunung (Raja Abala Raja) : cocok untuk
kesaktian/
kekuasaan/kesetiaan para
bawahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar