Warung Wijaya's Keris Jl. Kartini No. 62, Depan Banjar Wangaya klod Denpasar 0361. 8948601 08123989663 Pin BB 517BA159 arya_wijaya76@yahoo.co.id Kami Menerima Pembayaran Dengan Kartu Kredit Visa dan Master Card
Minggu, 30 November 2014
Jumat, 07 November 2014
MERAWAT KERIS PUSAKA
MERAWAT PUSAKA
MERAWAT & MENJAMAS PUSAKA
Menjamas pusaka adalah proses merawat dan menjaga pusaka hingga tetap bebas dari
karat hingga terjaga dari kerusakan. Proses merawat pusaka ini mulai dari proses
membersihkan dari karat / mutih, mewarangi, hingga meminyaki dan memberi
wewangian pada pusaka. Keseluruhan proses ini disebut proses Jamasan Pusaka. Dan
yang terpenting dari seluruh proses ini adalah sikap batin kita yang harus “nderek
langkung” alias permisi, menghormati dan tidak meremehkan. Hal tersebut merupakan
penghormatan kita atas kerja sang empu dan atas berkah Tuhan atas pusaka tersebut.
I. MENCUCI PUSAKA / MUTIH
Syarat mutlak agar bilah keris bisa diwarangi dengan baik, adalah bilah harus diputih
dengan baik terlebih dulu, setelah terlebih dulu dibersihkan dari berbagai noda, kotoran
atau karatnya – termasuk warangan yang terdahulu / lama / bekas. Cara ini disebut
“mutih”.
Salah satu cara tradisional mutih adalah :
Rendam bilah keris dengan air kelapa tua (asam lemah) selama beberapa hari, bergantung
kadar kotoran dan karatnya. (air bisa ditaburi dengan bunga setaman)
Gosok bilah dengan jeruk nipis sehingga menjadi putih keperakan
Buah lerak dibuang isinya dan diberi sedikit air dalam mangkok agar berbusa. Dengan
sikat halus, gosok keris yang telah dimandikan tadi dengan air lerak. Saat menggosok
keris dengan sikat jangan dibolak-balik. Sebaiknya mulai dari pesi sampai ganja terus ke
awak-awak hingga pucuk. Lakukan dengan pelan dan mantap hingga benar-benar bersih.
Lebih hati-hati lagi jika membersihkan keris kinatah atau keris yang kembang kacangnya
sudah sangat tipis.
Lakukan pada bilah keris baliknya.
Setelah benar-benar bersih, keringkan dengan menggunakan kain bersih dengan cara
memijit-mijitkan kain ke seluruh bagian.
Keris yang telah kering disiram dengan air bersih dan keringkan kembali – seperti
sebelumnya.
Beberapa cara yang lain untuk mutih :
1. Di rendam dalam air jeruk nipis.
Akan lebih baik dai perasan air jeruk nipis yang sebelumnya buah jeruk tersebut dikupas.
Kulit jeruk bisa menyebabkan bilah keris menjadi kemerahan. Perlu dilihat waktu
perendaman karena air jeruk ini bisa memakan bilah besi jika terlalu lama direndam. Jadi
sering-sering di cek. Biasanya membutuhkan waktu sektar 6 jam - 1 hari tergantung
kualitas warangan yang lama.
2. Jika ingin tidak terlalu makan besi, bisa menggunakan air kelapa tua.
Ini bisa membutuhkan waktu antara 2-5 hari tergantung warangan yang melekat pada
bilah. Jika menggunakan cara ini, maka tiap hari kita perlu membersihkan keris dengan
sabun colek. Setelah kering dan sabun bersih, maka dimasukkan lagi ke air kelapa. Tetapi
jangan mengganti air kelapa tersebut. Dibiarkan saja menggunakan yang awal. Air kelapa
juga bisa mengangkat karat dari bilah keris.
4. Jika ingin instant, bisa menggunakan air campur dengan serbuk sitrun.
Tetapi ini sangat tidak dianjurkan karena bisa membuat bilah keris berpori atau berbintik.
Jadi serat besi akan hilang.
5. Cara paling ekstrim dan sangat tidak dianjurkan adalah dengan menggunakan cairan
HCL atau Asam Nitrat. Ini sangat merusak keris walau keris bisa putih segera dalam
waktu hanya sekitar 5 menitan.
Setelah itu keris dioles dengan jeruk nipis yang sudah di kupas dan dibelah menjadi 2
bagian. Bisa ditambahkan dengan abu gosok, dimana belahan jeruk dimasukkan ke abu
gosok dan dioleskan ke keris. Cuci dengan air bersih. Barulah kemudian keris bisa
menjadi putih sehingga siap diwarangi. Memutih bilah, bisa dilakukan siapa saja. Tidak
perlu ahli. Setelah bilah bebas karat usai direndam air kelapa, dan disikat sabun colek
jeruk nipis, ya tinggal disikat terus, pelan-pelan. Sesabar-sabarnya, sabun-jeruk-sabunjeruk
sampai nyaris "putih" kemilau, seperti seolah bilah dicat warna metalik. Jangan
memutihkan keris dengan cara di ampelas atau apalagi di kikir.
II. MEWARANGI
Proses "memutih" bilah keris adalah kunci sukses pertama untuk mewarangi. Proses
lainnya adalah "setelan" dalam membuat warangan yang pas untuk berbagai jenis bilah
dan proses mewarangi itu sendiri.
MembuatWarangan
Bahan utama membuat warangan adalah Batu Warangan (serbuk warangan) dan air jeruk
nipis.
a. BatuWarangan
Batu warangan yang bermutu bagus adalah batu warangan eks cina. Batu warangan
sangat mahal (sekitar 2 jt rupiah per ons) dan sulit diperoleh. Hal ini karena memang
barang seperti itu tidak banyak, juga karena adanya berbagai larangan di negara-negara
tertentu (Singapura, misalnya) untuk pemakaian sembaran warangan, maka kelangkaan
bahan warangan pun terjadi. Tak semudah seperti dulu. Apalagi, di Indonesia pun terjadi
"praktek penyimpangan arsenik untuk membunuh Aktivis Munir...)
Sebenarnya batu warangan berbeda atau tidak seratus persen sama dengan arsenikum
(Ar). Arsenikum yang dijual di apotik atau toko-toko kimia (sulit juga di dapat) biasanya
dipakai sebagai campuran "agar warangan lebih galak". Akan tetapi, hati-hati - selain
beracun, warangan kimia juga "lebih menggerogot bilah" karena kemurniannya, jika
dibanding dengan "warangan alam" eks Cina.
Yang pasti, batu warangan - dan juga arsenik murni yang terkadang dijadikan katalis -
sangat tidak mudah didapat di berbagai negara yang "sadar lingkungan". Bagaimana pun,
warangan - utamanya arsenikum - adalah bahan yang berbahaya bagi keselamatan
manusia. Soalnya, kandungan arsenik yang masuk ke dalam tubuh, biasanya menetap
(bersifat akumulatif). Jadi kalau setiap hari tambah arsenik di tubuh kita, ya tentunya
tumpukan unsur arsenik di tubuh kita semakin menggunung.
Batu warangan yang eks Cina, memang bukan "murni" arsenik. Di dalamnya terdapat
pula kandungan kapur, belerang di samping tentu juga arsenik di dalamnya. Karenanya
jika diperhatikan, ada batu warangan yang kekuning-kuningan, ada juga semburat ungu
(violet) nya, serta ada juga yang dominan putih, dengan semburat warna jingga, kuning,
dan lainnya. Sedangkan arsenikum apotik, tentunya murni hanya unsur arsenik.
b. Jeruk Nipis
Yang dipakai adalah jeruk nipis (Jawa: Jeruk Pecel), bukan jeruk lemon atau jeruk purut.
Jeruk nipis dikupas kulitnya dengan pisau kecil, agar cuma tinggal kulit dalamnya. Hal
ini karena cairan "sereng" yang keluar dari kulit jeruk tak baik untuk melarutkan
warangan. Malah mungkin "memperburuk" mutu warangan.
Cara memeras jeruk ada tekniknya sendiri - baik untuk mutih maupun terutama untuk
bahan cairan warangan. Kelihatannya sepele, tetapi sebenarnya tak demikian.
Ada beberapa cara memeras jeruk. Bisa pakai alat (dibelah dan diputar-putar dalam alat
perasan jeruk yang biasa untuk minuman perasan jeruk), atau "fully manual" alias
dengan tangan hampa saja. Jeruk dibelah membujur - sesuai dengan serat pada belahan
jeruk. Malah lebih mudah dan enteng lagi, jika diprapat, atau malah
diperdelapan.Hilangkan bijinya, lalu peras di atas rantang atau waskom yang sudah lebih
dulu ditutupi saringan teh-kopi. Peras, dan sekaligus pelan-pelan disaring. Karena
perasan jeruk biasanya katut (terikut) ampasnya, maka memerasnya pun harus cukup
sabar. Ampas perasan jeruk pun masih bisa diperas lagi pakai kain kaos, lalu dipencet di
atas saringan teh. Setelah rantang cairan hasil perasan jeruk terisi, maka tuang cairan ke
dalam botol dengan "corong" yang juga - sekali lagi - diberi saringan, berupa kain kaos
yang tak terlalu rapat lubang-lubangnya.
Jadilah sudah, "air jeruk" murni yang bening. Tinggal diletakkan beberapa hari -- bisa
juga beberapa bulan di botol, maka larutan jeruk akan mengendap sendiri dan
menghasilkan larutan jeruk yang sangat bening... Untuk membuat warangan dibutuhkan
sekitar 15 kg jeruk nipis sehingga menjadi sekitar 1,5 liter air jeruk
c. MeramuWarangan
Soal "meramu larutan warangan". Ini juga penting, lantaran apabila kita belajar
mewarangi, tentu tak lepas pula dari membuat warangan. Larutan yang kalau dimasukkan
dalam botol, warnanya mirip Coca Cola yang lebih pekat ini, adalah "harta karun" bagi
mereka yang hobi atau ahli mewarangi.
Biasanya, jika kita ingin membuat larutan warangan baru, dibutuhkan juga "bibit
warangan yang sudah jadi dan berkualitas bagus”. Bibit yang dibutuhkan tidak perlu
banyak, cukup secangkir saja untuk seliter larutan warangan baru. Kegunaan “bibit” ini
adalah sebagai katalisator, agar warangan baru bisa bereaksi. Jadi atau tidak jadi
warangannya, bisa dilihat dengan memasukkan paku yang diikat dengan benang ke dalam
botol larutan. Warangan yang jadi, akan segera "menghitamkan paku" yang digantung
benang seharian.
Cara membuat larutan baru:
Pertama-tama mengendapkan dulu hasil perasan air jeruk. Botol berisi air jeruk, kita
biarkan berhari-hari di tempat yang tenang. Anda akan melihat, cairan jeruk terpisah dua
warna - bening di bagian atas, dan keruh atau pekat-endapan di bagian bawah. Ambil
botol kaca yang kosong, lalu tuang yang bening (bagian atas) ke botol baru. Endapan
jeruk nipis jangan dibuang, akan tetapi sendirikan dalam botol lain. Endapan ini bisa
digunakan untuk bahan "memutih bilah". (Jika diendapkan terus, sebotol endapan ini juga
akan menghasilkan jeruk bening bagian atasnya, yang tentu saja bisa kita pindahkan ke
botol jeruk bening yang pertama).
Dalam waktu lebih dari tiga bulan atau berbulan-bulan, jeruk bening di dalam botol akan
berubah warna. Dari semula kuning agak gading, menjadi "kuning semu oranye", agak
tua. Jeruk inilah yang akan dipakai untuk bikin larutan warangan baru. (Ada juga yang
tak perlu melalui proses "pembeningan" jeruk, tetapi langsung saja perasan jeruk nipis
dicampur dengan bubuk batu warangan baru. Risikonya, di masa datang warangannya
ada endapan jeruknya).
Selanjutnya adalah melarutkan warangan. Caranya sederhana saja. Tumbuk (lumatkan)
dulu batu warangan, biasa dengan "deplokan" (mangkuk pelumat) yang biasa dipakai
untuk mendeplok obat di apotik-apotik. Biasanya, mangkuk-pendeplok ini dari bahan
porselen tebal, lengkap dengan alu-pendeploknya yang juga dari porselen. Banyak dijual
di kios-kios obat di Pasar Rawabening, Jatinegara Jakarta. Atau, toko-toko obat.
Berikutnya adalah melakukan pencampuran antara perasan air jeruk dengan bubuk
warangan tadi. Komposisinya adalah sangat etrgantung pada hasil yang diharapkan
karena pada setiap jenis besi terkadang harus dilakukan “adjustment” dengan cara
menambahkan air jeruknya.
Untuk memancing agar warangan baru bisa cepat "jadi", selain di-katalisasi dengan
secangkir warangan yang sudah joss, juga botol berisi warangan itu "dijemur di terik
matahari. Ada juga cara lain dengan "nasi basi", atau nasi yang sudah lembek, kecut.
Bisa dibilang tidak ada warangan manapun yang langsung jadi. Harus distel dulu.
Umumnya jadi tiga jenis warangan, yakni warangan "galak", setengah "galak", dan
warangan "nom" atau lambat-reaksi untuk bilah-bilah dengan jenis pamor yang sanak.
Warangan lebih dulu “diadjust” dengan cara coba-coba celup bilah percobaan yang sudah
diputih. Jika dirasa "kurang galak", maka bisa ditambahkan perasan jeruk nipis aga
lebih “galak”. Hal ini butuh "feeling" dan pengalaman tersendiri. Bilah "majapahitan"
biasanya "langsung nyamber", gampang diwarangi. Tetapi bilah-bilah tua lainnya
dengan pamor sanak akan sulit diwarangi. Butuh “adjustment” warangan tersendiri.
Seorang ahli warangan yang baik, akan memiliki beberapa jenis larutan warangan yang
akan dipakai untuk jenis logam/besi yang berbeda-beda pula. Bahkan tak jarang mereka
punya larutan warangan untuk beberapa jenis tangguh, jika tangguh dianggap mewakili
jenis-jenis logam yang berbeda. Dia juga akan melihat 'hari baik' untuk mulai proses
mewarangi, biasanya saat cuaca terang dan matahari bersinar dengan cerah (sebagai
katalis).
Beberapa Metode Pewarangan
Hasil proses mewarangi dipengaruhi setidaknya tiga variable yaitu: jenis logamnya,
kualitas ramuan warangan (bubuk warangan, air jeruk, dan katalisnya juga proses
adjustment-nya), serta cara melakukan pewarangan. Untuk hasil optimal, ketiga variable
tadi harus dalam kondisi yang 'saling mendukung'.
Ada juga sebelum diwarangi,wilah yang sudah diputih dijemur dulu biar cukup panas
sebelum dicelup dalam larutan warangan. Ada juga yang pakai metode 'staging' yaitu
mewarangi dengan beberapa tahap, dimulai dari tahapan 'warangan enom/muda' setelah
itu meningkat ke 'warangan tua' sehingga bilah semakin menghitam. Dalam hal ini
terdapat istilah kalau bilah terlalu hitam setelah diwarangi disebut 'warangane ketuan /
warangannya terlalu tua'.
Secara garis besar, ada dua metode mewarangi :
a. Cara Di-koloh
- Siapkan warangan yang telah dicampur air jeruk
- Rendam pusaka dalam cairan warangan itu – beberapa kali sekitar setiap sepuluh menit
diangkat dan diangin-anginkan sambil dibantu dengan pijitan tangan hingga meresap.
Mencelup / merendam bilah dalam warangan pun, tidak sembarangan. Disini diperlukan
pengalaman empirik, yang sulit dituturkan dalam tulisan. Yang pasti, setiap upaya
mewarangi, pasti sering terbentur kegagalan. Jika gagal? Ya "kembali ke laptop", diputih
lagi. Begitu seterusnya
b. Cara Di-nyek
- Pusaka dijemur hingga panas lalu dilumuri warangan secara langsung dengan cara
dipijit-pijit (di-nyek) hingga kering
- Setelah kering dijemur lagi dan kemudian kembali dilumuri warangan dan dipijit-pijit.
Begitu seterusnya hingga tiga kali.
- Siapkan air jeruk dicampur dengan air buah klerek/air sabun lalu pusaka dikeplok
dengan kedua genggaman tangan dibersihkan dengan air bersih lalu dijemur lagi
- Setelah itu kembali ke proses awal… hingga beberapa kali sambil diamati bagian per
bagian. Semakin lama maka warna pusaka semakin kereng (gelap), hingga guwaya
pusaka menjadi bagus. Biasanya pengulangan hingga sembilan kali. Setelah yang
terakhir, dibilas hingga bersih dari bercak merah warangan yang tidak menempel.
Menjamas dengan cara di-nyek memang sangat membutuhkan banyak warangan.
Keunggulan cara ini adalah membuat pamor tidak mubyar melainkan kelem dan angker,
serat atau lapisan yang sering disebut pamor sanak pada besi keleng dapat tenggelam
dalam nuansa wingit. Namun hasil metode ini kadang dirasa kurang kontras, jika
dibandingkan dengan yang "koloh".
III. MEMBERIWEWANGIAN DANMEMINYAKI PUSAKA
Berbeda dengan tahap sebelumnya, tahap ini merupakan tahap yang kerap diulang-ulang
hingga sebulan sekali, terutama bagian meminyaki keris. Tahap ini disebut pula tahap
pemeliharaan yang menjaga agar keris tidak berkarat.
1. MemberiWewangian
Setelah keris diberi warangan, ada baiknya jika keris diberikan wewangian dupa terlebih
dahulu. Caranya :
- Pertama-tama olesi keris dengan minyak pusaka tipis saja. Ambil campuran bubuk
gaharu, ratus dan ramasala – taburkan pada bilah keris hingga lengket – biarkan beberapa
menit.
- Setelah itu nyalakan lilin – taruhlah di atas lilin dengan jarak lima jari – gerakkan ke
kiri ke kanan. Biarkan hingga beberapa saat (tidak perlu sampai terbakar!)
- Bersihkan dengan sikat halus.
- Gosok lagi dengan minyak pusaka tipis saja seperti di atas.
- Taburi dengan bubuk kayu cendana dan taruh di atas lilin seperti tadi.
- Setelah itu bersihkan lagi dengan sikat halus – diamkan beberapa saat.
Olesi dengan minyak pusaka. Angin-anginkan dan jangan tergesa dimasukkan dalam
warangka. Jangan menimpan keris di tempat yang tertutup rapat tanpa sirkulasi udara.
2. MembuatMinyak Pusaka
Cara membuat minyak pusaka adalah :
-Minyak paraffin 60 cc
- Bibit cendana (sandalwood) 25 cc
- Bibit Melati Keraton 5 cc
- Bibit Kenanga 10 cc
Bisa juga ditambah atau diganti dengan bibit minyak lainnya (gaharu, dsb) sesuai selera
karena bersifat sangat subjektif dan terkadang aroma / bau keris juga menunjukkan
identitas pemiliknya. Sangat dilarang mencampurkan bahan parfum atau jenis yang
beralkohol – pasti keris menjadi merah berkarat.
SEDOT ELEMENT ETHER KERIS
Fisikawan Jerman Ingin Sedot Element Ether Senjata Tradisional
Ini file lama, tapi masih enak dibaca. Dikutip dari sini:
Membudidayakan Isi Alam Gaib di Muenchen
Berita IPTEK
Ahad, 11 Maret 2001, 08:38:02 Wib
Para pakar dan ahli fisika Jerman kini sedang meneliti 'element ether' (merupakan anasir
non inderawi yang diyakini keberadaannya di alam supranatural) untuk dibudidayakan
menjadi satu tehnologi super canggih dalam dunia persenjataan perang modern.
Kelompok ahli fisika yang telah lama mempelajari power magic dan kebanyakan telah
berkeliling ke daerah magic sentral di dunia, menyelenggarakan seminar yang
mempelajari tentang kekuatan supranatural senjata tradisionil termasuk keris karena
senjata tradisional dari Asia seperti Indonesia, Cina dan Jepang diyakini mengandung
satu power magic, yang memiliki daya gempur luar biasa.
Mereka ingin tahu tentang esoteri (kandungan magic) maupun eksoteris (hal-hal yang
berhubungan dengan fisik dan proses pembuatannya) sebilah keris atau sebuah samurai.
Seminar itu juga diwarnai talk show dan berbagai peragaan magic. Mereka percaya
bahwa element natural bisa menghasilkan satu karya tehnologi canggih, yang melebihi
kedahsyatan dan kecanggihan peralatan persenjataan modern yang kini sudah diproduksi.
Salah satu nara sumber yang diundang adalah ahli supranatural yang juga Abdi Dalem
Bupati Paran Poro yang tergabung dalam Elite Paranormal Karaton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat, Ki Djoko Panji Hamidjoyo, BA ahli masalah keris dan senjata tradisional. Ia
baru pulang ke tanah air pada awal Maret ini setelah seminar di Jerman pada Kamis, 15
Februari 2001 lalu.
Atas partisipasinya itu, awal bulan April nanti, ia akan menerima penghargaan dari
Republik Fedarasi Jerman atas keahlian dan kemampuan supranaturalnya. Dalam
wawancara pada 8 Maret di rumahnya, Jl Adi Sumarmo 222 Solo, ia mengatakan bahwa
pertemuan diadakan di tiga kota, diantaranya Frankfurt dan Munchen.
Dalam seminar itu Ki Djoko menjadi nara sumber berkaitan dengan masalah esoteri keris
dan element-element supranatural (isi alam gaib). Pertemuan kedua dengan acara talk
show, dan pertemuan ketiga merupakan satu peragaan akan keberadaan power magic
yang bisa ditangkap dengan panca indera.
Peramal yang menyatakan bahwa usia Soeharto masih panjang itu mengisahkan bahwa
banyak peserta seminar yang menyangsikan peragakan Ki Djoko dimana ia
memperagakan sebuah keris yang menjadi panas dan membara. Peserta menyangka
bahwa itu adalah permainan Jin atau sihir, seperti yang sering ditampilkan David
Coverfield, pesulap terkenal Dunia.
Memang tidak mudah memberi keyakinan pada orang yang alamnya berasal dari negara
super canggih tehnologi seperti bule-bule ahli fisika itu.
Peragaan Ki Djoko berupa membangkitkan aura keris, yang setelah aura tersebut
terpancar dan ter-asalkan, ia mampu menembus dunia fana ini sehingga bisa terlihat dan
dirasakan adanya hawa panas di seputar bilah keris. Semakin banyaknya visualisasi aura
maka orang akan kepanasan memegang bilah keris yang telah kelihatan membara.
Untuk meyakinkan keampuhan keris, talk show kembali menguji sebuah keris yang
dipendam, namun bisa terangkat kembali tanpa digali. Ki Djoko memperagakan hal
tersebut dengan cara mengubah ether (dzat) menjadi natural (sifat/materi), yakni suatu
tehnik mengangkat benda-benda ber-aura dari dalam tanah tanpa menggali tanahnya.
Caranya, keris yang sengaja dipendam oleh para fisikawan di kota Frankurt tanpa
sepengetahuan Ki Djoko dimana ia dipendam, ditarik lagi oleh Ki Djoko di kota
Muenchen dengan kekuatan supranatural (istilah di Indonesianya, disedot) sehingga
bendanya jatuh di suatu tempat yang telah disediakan di Muenchen yang berjarak 90 Km
dari Frankurt.
Inilah tehnik memadukan tiga ilmu, yakni ilmu Kweron (penerawangan) dimana dengan
ilmu itu dapat dideteksi keberadaan benda (keris) tersebut. Kemudian ilmu pengasalan,
yaitu upaya mengubah element natural (kebendaan) menjadi element ether (dzat),
kemudian dari keberadaan dzat tersebut ditarik dengan suatu kekuatan ilmu yang disebut
ilmu Gebrak.
Ilmu itu mengubah dari posisi dzat ke lokasi yang dikehendaki, setelah dzat itu berada di
seputar lokasi, maka dzat tersebut kemudian di-asalkan kembali pada wujudnya seperti
sedia kala. Sehingga akan nampak sebilah keris seolah terbang dan jatuh ke tanah.
Berdasarkan hasil seminar termasuk hasil talk show berbagai senjata tradisional di dunia
khususnya keris, fisikawan Jerman menyimpulkan bahwa jika keberadaan isi alam gaib
dapat dilihat, maka orang akan bisa membudidayakannya.
Tentu saja segala sesuatunya diperlukan adaptasi dan dicari media antara yang bisa
menghubungkan karakter ether yang non inderawi ke karakter duniawi yang natural. Pada
saat ini fisikawan itu sedang menyimpannya dalam file-file dan mengolahnya dalam
komputer dan nantinya bisa diakses di internet.
Suatu contoh, orang sudah bisa melihat dan menguasai keberadaan isi alam gaib,
misalnya Yoni keris yang memiliki aura beracun seperti keris bernama Korowelang, aura
keris ini lalu dibudidayakan dengan adaptasi karakter sehingga bisa eksis keberadaannya
di alam dunia.
Aura keris (Yoni) tersebut bisa dikemas dalam satu hasil tehnologi duniawi, dan bisa
dipakai menghancurkan musuh hanya dengan menebar aura pada sasaran yang dituju.
Akibatnya, semua orang yang tersengat aura racun tersebut bisa mati secara masal.
Kematian ini tak akan mampu tertangkal lagi, selain dengan suatu element yang memiliki
karakter selaras. Jadi akan lebih canggih daripada hasil ciptaan seperti RODAL, yang
mana terbukti masih mampu dimentahkan keampuhannya dengan SCUT. Itu salah satu
contohnya. (nn-fl,rl)
non inderawi yang diyakini keberadaannya di alam supranatural) untuk dibudidayakan
menjadi satu tehnologi super canggih dalam dunia persenjataan perang modern.
Kelompok ahli fisika yang telah lama mempelajari power magic dan kebanyakan telah
berkeliling ke daerah magic sentral di dunia, menyelenggarakan seminar yang
mempelajari tentang kekuatan supranatural senjata tradisionil termasuk keris karena
senjata tradisional dari Asia seperti Indonesia, Cina dan Jepang diyakini mengandung
satu power magic, yang memiliki daya gempur luar biasa.
Mereka ingin tahu tentang esoteri (kandungan magic) maupun eksoteris (hal-hal yang
berhubungan dengan fisik dan proses pembuatannya) sebilah keris atau sebuah samurai.
Seminar itu juga diwarnai talk show dan berbagai peragaan magic. Mereka percaya
bahwa element natural bisa menghasilkan satu karya tehnologi canggih, yang melebihi
kedahsyatan dan kecanggihan peralatan persenjataan modern yang kini sudah diproduksi.
Salah satu nara sumber yang diundang adalah ahli supranatural yang juga Abdi Dalem
Bupati Paran Poro yang tergabung dalam Elite Paranormal Karaton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat, Ki Djoko Panji Hamidjoyo, BA ahli masalah keris dan senjata tradisional. Ia
baru pulang ke tanah air pada awal Maret ini setelah seminar di Jerman pada Kamis, 15
Februari 2001 lalu.
Atas partisipasinya itu, awal bulan April nanti, ia akan menerima penghargaan dari
Republik Fedarasi Jerman atas keahlian dan kemampuan supranaturalnya. Dalam
wawancara pada 8 Maret di rumahnya, Jl Adi Sumarmo 222 Solo, ia mengatakan bahwa
pertemuan diadakan di tiga kota, diantaranya Frankfurt dan Munchen.
Dalam seminar itu Ki Djoko menjadi nara sumber berkaitan dengan masalah esoteri keris
dan element-element supranatural (isi alam gaib). Pertemuan kedua dengan acara talk
show, dan pertemuan ketiga merupakan satu peragaan akan keberadaan power magic
yang bisa ditangkap dengan panca indera.
Peramal yang menyatakan bahwa usia Soeharto masih panjang itu mengisahkan bahwa
banyak peserta seminar yang menyangsikan peragakan Ki Djoko dimana ia
memperagakan sebuah keris yang menjadi panas dan membara. Peserta menyangka
bahwa itu adalah permainan Jin atau sihir, seperti yang sering ditampilkan David
Coverfield, pesulap terkenal Dunia.
Memang tidak mudah memberi keyakinan pada orang yang alamnya berasal dari negara
super canggih tehnologi seperti bule-bule ahli fisika itu.
Peragaan Ki Djoko berupa membangkitkan aura keris, yang setelah aura tersebut
terpancar dan ter-asalkan, ia mampu menembus dunia fana ini sehingga bisa terlihat dan
dirasakan adanya hawa panas di seputar bilah keris. Semakin banyaknya visualisasi aura
maka orang akan kepanasan memegang bilah keris yang telah kelihatan membara.
Untuk meyakinkan keampuhan keris, talk show kembali menguji sebuah keris yang
dipendam, namun bisa terangkat kembali tanpa digali. Ki Djoko memperagakan hal
tersebut dengan cara mengubah ether (dzat) menjadi natural (sifat/materi), yakni suatu
tehnik mengangkat benda-benda ber-aura dari dalam tanah tanpa menggali tanahnya.
Caranya, keris yang sengaja dipendam oleh para fisikawan di kota Frankurt tanpa
sepengetahuan Ki Djoko dimana ia dipendam, ditarik lagi oleh Ki Djoko di kota
Muenchen dengan kekuatan supranatural (istilah di Indonesianya, disedot) sehingga
bendanya jatuh di suatu tempat yang telah disediakan di Muenchen yang berjarak 90 Km
dari Frankurt.
Inilah tehnik memadukan tiga ilmu, yakni ilmu Kweron (penerawangan) dimana dengan
ilmu itu dapat dideteksi keberadaan benda (keris) tersebut. Kemudian ilmu pengasalan,
yaitu upaya mengubah element natural (kebendaan) menjadi element ether (dzat),
kemudian dari keberadaan dzat tersebut ditarik dengan suatu kekuatan ilmu yang disebut
ilmu Gebrak.
Ilmu itu mengubah dari posisi dzat ke lokasi yang dikehendaki, setelah dzat itu berada di
seputar lokasi, maka dzat tersebut kemudian di-asalkan kembali pada wujudnya seperti
sedia kala. Sehingga akan nampak sebilah keris seolah terbang dan jatuh ke tanah.
Berdasarkan hasil seminar termasuk hasil talk show berbagai senjata tradisional di dunia
khususnya keris, fisikawan Jerman menyimpulkan bahwa jika keberadaan isi alam gaib
dapat dilihat, maka orang akan bisa membudidayakannya.
Tentu saja segala sesuatunya diperlukan adaptasi dan dicari media antara yang bisa
menghubungkan karakter ether yang non inderawi ke karakter duniawi yang natural. Pada
saat ini fisikawan itu sedang menyimpannya dalam file-file dan mengolahnya dalam
komputer dan nantinya bisa diakses di internet.
Suatu contoh, orang sudah bisa melihat dan menguasai keberadaan isi alam gaib,
misalnya Yoni keris yang memiliki aura beracun seperti keris bernama Korowelang, aura
keris ini lalu dibudidayakan dengan adaptasi karakter sehingga bisa eksis keberadaannya
di alam dunia.
Aura keris (Yoni) tersebut bisa dikemas dalam satu hasil tehnologi duniawi, dan bisa
dipakai menghancurkan musuh hanya dengan menebar aura pada sasaran yang dituju.
Akibatnya, semua orang yang tersengat aura racun tersebut bisa mati secara masal.
Kematian ini tak akan mampu tertangkal lagi, selain dengan suatu element yang memiliki
karakter selaras. Jadi akan lebih canggih daripada hasil ciptaan seperti RODAL, yang
mana terbukti masih mampu dimentahkan keampuhannya dengan SCUT. Itu salah satu
contohnya. (nn-fl,rl)
Kamis, 06 November 2014
HANDLE TEMUTIK (TERIMA PEMESANAN)
PATIN TEMUTIK (HANDLE PISAU KHAS BALI)
Temutik adalah sejenis
pisau tapi khusus digunaikan untuk meraut bamboo keperluan upacara adat maupun
agama di bali, bahan temutik umumnya berasal dari besi baja yang diolah
sehingga menjadi tajam.
Seiring
perkembangan jaman, bali yang dikenal dengan seni
dan budayanya, temutik pun mengalami perkembangan seni
yang luar biasa sehingga tampak begitu indah karena lebih menonjolkan seni ukir
ketimbang fungsi umumnya.
Temutik -
temutik seperti ini oleh masyarakat
bali saat ini dikemas dalam gaya berbusana ada, nah kreatif kan
Handle temutik diatas terbuat dari tanduk rusa dengan motif raksasa, untuk ukiran yang indah dan motif yang lainnya dapat di pesan dengan menghub kami di 08123989663
BLAKAS
BLAKAS
Benda ini termasuk perkakas masyarakat bali yang digunakan
sebagai alat memotong baik digunakan untuk kegiatan adat maupun keseharian
dalam memotong bahan-bahan bumbu.
Bentuk
blakas cukup bervariasi tapi dengan lebar bilahnya yang lebih lebar dari pisau
umumnya sehingga mudah dikenal kalau benda itu adalah “blakas”.
Bahan
blakaspun umumnya memakai besi baja yang diproses sedemikian rupa sehingga
menghasilkan ketajaman yang sangat membantu dalam memotong benda-benda.
Seiring
perkembangan jaman, bali yang dikenal dengan seni
dan budayanya, blakaspun mengalami perkembangan seni
yang luar biasa sehingga tampak pada foto ini,
yang lebih menonjolkan seni ukir
ketimbang fungsi umumnya
Blakas-blakas
seperti ini oleh masyarakat bali
saat ini dikemas dalam gaya berbusana ada, nah kreatif kan
Untuk info pemesanan silahkan hub kami di 08123989663
Senin, 03 November 2014
TUMPEK LANDEP
Menurut lontar Sundarigama sabtu keliwon muncul
setiap enam bulan. dan Menurut sistem Kalender Bali Hindhu ada enam
jenis Tumpek, salah satunya Tumpek Landep.
Tumpek Landep
dirayakan oleh masyarakat bali yang memohonkan keselamatan kehadapan
Hyang Widhi Wasa melalui upacara penghormatan terhadap senjata dari
logam, besi dan peralatan dari emas, perak dan sejenisnya
Perayaannya jatuh pada hari saniscara keliwon wuku landep dimaknai
sebagai kekuatan pasupati dalam manifestasinya sebagai Tri Murti. Keris
pasupati sebagai simbul perayaan tumpek landep bermakna sebagai
penajaman sabda, bayu, idep menyatukan pikiran dengan kata-kata (wacika)
serta menyatukan pikiran dengan perbuatan (kayika). ketajaman pikiran
hendaknya di upayakan terus menerus guna mencapai kekuatan sidhi, sakti
mandhi, keris bali memiliki kekuatan taksu yang dihidupkan melalui
upacara pasupati guna menghidupkan aura spiritual dan kekuatan-kekuatan
religius magis pada keris tersebut, kekuatan pasupati adalah kekuatan
niskala tidak memiliki sifat kebendaan namun dapat hadir sebagai
kekuatan invisible (niraga) yang memberikan kehidupan, keperkasaan,
kedamaian atau menunjukan cita rasa keindahan yang menumbuhkan kasih
sayang.
Langganan:
Postingan (Atom)